Home > Profil

Arif Satria, Aktivis dan Penyuka Musik yang Jadi Ketum ICMI

Arif juga menunjukkan kemampuan kepemimpinannya sebagai ketua OSIS sejak SMP.
Arif Satria. (Dok IPB University)
Arif Satria. (Dok IPB University)

Arif Satria adalah Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) periode 2021-2026. Arif lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 17 September 1971. Ia menyelesaikan pendidikan formal sejak SD hingga SMA di Pekalongan. Tidak hanya berprestasi di bidang akademik, Arif juga ternyata penyuka musik dan piawai bermain gitar. Arif juga menunjukkan kemampuan kepemimpinannya sebagai ketua OSIS sejak SMP. Pada tahun 1990, ia melanjutkan kuliah di IPB University melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Arif Satria menempuh Pendidikan S1 Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian di IPB dan lulus pada tahun 1995. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif sebagai pimpinan mahasiswa, seperti sebagai Presidium Senat Mahasiswa IPB, National Director dan salah seorang pendiri International Association of Student in Agricultural and Related Science (IAAS) Indonesia. Arif Kemudian melanjutkan janjang pendidikan S2 di Program Sosiologi Pedesaan di almamater yang sama pada tahun 1999 dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi S3 Marine Policy di Kagoshima University, Jepang, pada tahun 2006.

Pada tahun 1997, Arif diangkat menjadi dosen di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB. Kemudian Arif diamanahkan sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema), dan menyandang Dekan Termuda di IPB periode 2010-2017. Berbagai prestasi dan pengalaman Arif baik di kampus maupun di luar kampus mendorongnya terpilih sebagai rektor IPB University periode 2017-2022 pada November 2017 saat usianya tergolong muda, yaitu 46 tahun. Ia dipilih melalui sidang Majelis Wali Amanat (MWA) IPB yang berjumlahkan 16 orang, termasuk Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, unsur senat akademik IPB, dosen IPB, mahasiswa IPB, serta masyarakat dan dilantik pada pertengahan Desember 2017.

Dalam bidang akademik, Arif telah banyak mendapatkan penghargaan, di antaranya adalah: Dosen Berprestasi III IPB dan mendapatkan penghargaan dari Rektor IPB (2007); The First Winner of the JIFRS Yamamoto Prize on Yamamoto Award for the Best Paper at the International Institute for Fisheries Economics and Trade (IIFET) Conference (2008); Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa, penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional RI; Satyalancana 10 Tahun (2013); dan Penghargaan sebagai Akademisi yang telah Mendukung Pengembangan SDM Perikanan dan Penyuluhan Perikanan (2013), penghargaan dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI.

Di luar ranah akademik, Arif juga telah menduduki jabatan atau organisasi lain, di antaranya yaitu Tim Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan (2001-2002), Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) (2010-2015), Ketua Dewan Pakar PISPI (2015-2020), Ketua PPI Kagoshima Jepang (2004), Ketua Dewan Redaksi Majalah Inovasi PPI Jepang (2004-2005), Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Bogor, Ketua Forum Rektor Indonesia (2020), dan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Orwilsus Bogor.

Pada Muktamar Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) yang berlangsung di Bandung pada 4-6 Desember 2021, Arif Satria terpilih menjadi Ketua Umum ICMI periode 2021-2026. Dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua Umum ICMI, Arif menekankan Empat Agenda Transformasi, yaitu: Pertama, ICMI harus menjadi sumber inspirasi bangsa; Kedua, ICMI harus menjadi rumah bersama umat Islam; Ketiga, ICMI harus terus mengawal proses transisi demokrasi, dan; Keempat, ICMI harus memiliki kepeloporan dalam agenda aksi. Arif juga terus mempertegas tiga karakteristik yang dimiliki oleh ICMI, yaitu ke-Islam-an, ke-Indonesia-an, dan kecendekiaan.

Dalam mencapai agenda-agenda transformasi, Arif banyak melakukan kerja sama dan diskusi bersama berbagai pihak baik dari bidang akademik, pemerintah, maupun organisasi masyarakat dan Islam. Beberapa hal yang difokuskan Arif yaitu pengembangan desa, pesantren, masjid, serta peningkatan literasi IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) bagi para mubaligh dan dai. Menurut Arif, tidak ada cara lain selain memperbanyak kolaborasi dan bersilaturahmi agar kita semua memiliki frekuensi yang sama dalam memahami dan mencari solusi terhadap berbagai persoalan bangsa.

Sumber: icmi.id

× Image