Ibu Asal Medan Ini Tenang Berobat Jantung Berkat Program JKN

MEDAN – Pemeliharaan kesehatan bukan hanya soal menjaga tubuh tetap bugar, tetapi juga memastikan kemampuan untuk berobat saat sakit datang. Bagi warga Kota Medan seperti Devi Anita (46), menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan kebutuhan penting agar keluarganya bisa mendapatkan perawatan yang layak tanpa harus memikirkan tagihan yang membengkak.
Perjalanan Devi sebagai peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Program JKN dimulai pada tahun 2015. Saat itu, ia mendaftarkan dirinya dan sang ibu secara bersamaan. Keputusan tersebut, kata Devi, menjadi salah satu langkah terpenting dalam hidupnya, terutama ketika penyakit jantung yang diderita sang ibu membutuhkan pengobatan rutin dan biaya yang tidak sedikit.
“Kalau tidak ada BPJS Kesehatan, saya nggak tahu bagaimana cara kami membayar pengobatan penyakit jantung ibu saya. Biayanya pasti sangat mahal, apalagi kalau sudah sampai tahap tindakan medis lanjutan. BPJS Kesehatan ini program yang benar-benar penting untuk orang-orang biasa seperti kami,” ujarnya saat ditemui Tim Jamkesnews BPJS Kesehatan Cabang Medan, Kamis (07/08).                            
                            
Sebelum terdaftar sebagai peserta, ibunya sudah menjalani pemeriksaan jantung sejak tahun 2012. Namun saat itu, Devi dan ibunya belum memiliki jaminan kesehatan apa pun, sehingga setiap kali berobat ke rumah sakit, mereka harus membayar biaya secara mandiri. Kondisi tersebut berubah drastis setelah mereka resmi menjadi peserta BPJS Kesehatan, di mana seluruh kebutuhan medis sang ibu ditanggung penuh mulai dari pemeriksaan, obat-obatan, hingga tindakan lanjutan.
“Sejak saat itu kami merasa lebih tenang. Apa pun yang terjadi, setidaknya kami sudah punya perlindungan. Biaya yang ditanggung jauh lebih besar dibandingkan iuran bulanan yang kami bayar. Hal seperti ini membuat saya berkomitmen untuk selalu rutin membayar iuran. Saya khawatir kalau kepesertaan saya tidak aktif dan justru saat dibutuhkan, saya tidak bisa menggunakan layanan karena menunggak. Pokoknya saya benar-benar terbantu,” ujar Devi.
Tidak hanya untuk ibunya, Devi juga pernah memanfaatkan layanan Program JKN untuk memeriksakan gangguan mata yang sudah ia alami selama bertahun-tahun. Kondisi matanya yang sering merah dan terasa gatal membuatnya tidak nyaman, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada tahun 2017 di salah satu klinik mata di kawasan Iskandar Muda, Medan.
“Prosesnya memang butuh waktu, tapi menurut saya itu wajar karena banyak juga masyarakat yang berobat. Semua biayanya ditanggung BPJS Kesehatan. Terakhir saya periksa sekitar dua tahun lalu. Walaupun jarang saya gunakan, BPJS Kesehatan itu penting karena kita nggak pernah tahu kapan butuh,” tambahnya.
Devi juga mengapresiasi pelayanan medis di rumah sakit tempat ibunya dirawat, seperti RS Metodis Medan. Menurutnya, meskipun antrean sering ramai, tenaga kesehatan tetap bekerja profesional dan memberikan layanan yang ramah kepada pasien.
“Yang penting sabar, siapkan berkas administrasi dengan lengkap, dan ikuti prosedur. Kalau kita mengikuti alurnya, semua bisa berjalan lancar. Memang butuh waktu, tapi hasilnya jelas, kita bisa berobat dengan bantuan BPJS Kesehatan tanpa harus mengeluarkan uang,” tuturnya.
Ke depan, Devi berharap agar Program JKN terus hadir dan memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Ia khawatir jika suatu saat BPJS Kesehatan tidak ada, banyak masyarakat akan kesulitan untuk mendapatkan pengobatan, bahkan untuk penyakit ringan sekalipun.
“Saya berharap BPJS Kesehatan dan Program JKN terus berjalan dan semakin baik. Program ini benar-benar membantu masyarakat seperti saya dan keluarga. Semoga manfaatnya bisa dirasakan oleh lebih banyak orang,” tutup Devi.
 
              
 News - 31 Oct 2025
        News - 31 Oct 2025
         
              
              
              
             