Home > News

Ekonomi Kurban 2025 Turun Menjadi 27,1 Triliun

Penurunan ekonomi kurban lebih rendah dari masa pandemi
Penjual hewan kurban memberi pakan sapi yang dijajakan di kawasan Kuningan, Jakarta beberapa waktu lalu. Sumber:Republika/Thoudy Badai
Penjual hewan kurban memberi pakan sapi yang dijajakan di kawasan Kuningan, Jakarta beberapa waktu lalu. Sumber:Republika/Thoudy Badai

JAKARTA -- Lembaga Riset Institute for Demographic and Affluance Studies (IDEAS) melakukan kajian terkait dengan potensi ekonomi kurban pada 2025. Simulasi lembaga tersebut menunjukkan terjadi penurunan proyeksi Jumlah pekurban tahun ini dibanding tahun 2024 lalu.

"Pada 2024 terdapat sekitar 2,16 juta pekurban, sedangkan tahun 2025 ini jumlahnya sekitar 1,92 juta pekurban. Artinya, ada penurunan potensi sekitar 233 ribu pekurban dalam satu tahun terakhir," kata Tira Mutiara dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/05/2025).

Tira menambahkan bahwa dari 1,92 juta rumah tangga muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi pekurban pada 2025 ini, kebutuhan hewan kurban terbesar berasal dari ‘doka’ (domba-kambing) sekitar 1,1 juta ekor, sedangkan sapi sekitar 503 ribu ekor.

"Selain itu, kami juga memproyeksikan potensi nilai ekonomi kurban Indonesia tahun 2025 sebesar Rp 27,1 triliun. Proyeksi ini juga turun dari proyeksi tahun sebelumnya (2024) yang diestimasikan mencapai Rp 28,3 triliun," ujar Tira.

Bahkan menurut Tira, jika ditarik lebih jauh ke belakang, estimasi jumlah pekurban tahun 2025 ini yang sebesar 1,92 juta pekurban lebih rendah dibanding saat pandemi yang berkisar 2,11 juta pekurban (2021) dan 2,17 juta pekurban (2022).

“Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan masyarakat di kelas menengah bahkan kelas atas yang berpotensi menjadi pekurban di tahun ini. Hal tersebut diperparah oleh kurang memadainya kebijakan dari negara untuk menjaga kelas menengah dan atas tersebut. inilah yang membedakan masa sulit tahun ini dengan masa pandemi," ungkap Tira.

Walaupun krisis di saat pandemi skalanya jauh lebih besar dari tahun ini, saat itu penurunan aktivitas ekonomi terjadi merata secara global. Namun kejatuhan kelas menengah saat itu banyak tertolong oleh tetap terjaganya sektor keuangan, stimulus ekonomi yang masif dan kenaikan harga komoditas yang sangat signifikan, pemulihan ekonomi yang memberi manfaat jauh lebih besar kepada kelas atas dan menengah sehingga mereka bisa bertahan.

"Sedangkan krisis saat ini banyak didorong oleh kejatuhan sektor industri manufaktur yang padat karya, menyebabkan terjadinya fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masif sepanjang 2024 hingga Mei 2025. dan tingginya pengangguran di Indonesia yang terjadi berkontribusi besar menjadi faktor utama penurunan pekurban tahun 2025," ucap Tira.

Tira menjabarkan bahwa pada tahun 2024 terjadi setidaknya 77.965 orang yang di-PHK. Provinsi-provinsi yang memiliki kota-kota besar sebagai pusat ekonomi, seperti Jakarta (17.085 orang), Jawa Tengah (13.130 orang), Banten (13.042 orang), dan Jawa Barat (10.661 orang), menyumbang jumlah PHK terbesar.

“Sedangkan, sejak Januari hingga 20 Mei 2025, terdapat 26.455 orang yang di-PHK, yang juga melanda kota-kota besar yang selama ini menjadi daerah yang surplus daging kurban atau daerah basis pekurban terbanyak,” papar Tira.

Di samping itu, sentimen negatif terhadap kondisi ekonomi nasional diiringi dengan melambatnya investasi dan kewaspadaan terhadap ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang Amerika Serikat dan China mendorong banyak kelas menengah awal menahan konsumsi di luar kebutuhan pokok rumah tangga.

“Kondisi seperti ini sebetulnya sudah terasa sejak denyut perputaran ekonomi mudik menurun secara drastis, yang menyebabkan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun 2025 hanya tumbuh 4,87 persen,” beber Tira.

Meskipun terdapat penurunan potensi ekonomi kurban dalam beberapa tahun terakhir, ibadah kurban tetap menyimpan potensi besar sebagai pemicu kebangkitan sektor peternakan nasional.

Dalam misi utama Asta Cita Prabowo, peternakan memiliki peran strategis karena tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan melalui penyediaan protein hewani, tetapi juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat pedesaan dan penggerak ekonomi lokal.

“Oleh karena itu, momen kurban perlu dimanfaatkan secara optimal dengan memperkuat ekosistem peternakan, agar sektor ini mampu tumbuh berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi rakyat,” tutup Tira.

× Image